I. PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solm.) masuk ke
Danau Toba yang mempunyai panjang 100 Km dan lebar 30 Km, maka apabila pertumbhan eceng gondok tidak di atasi dengan cepat maka akan mengakibatkan seperampat dari danau toba akan tertutupi oleh eceng gondok.
Danau Toba yang di kelilingi oleh 6 kabupaten di Sumatera Utara yaitu, Kabupaten Samosir, Karo, Simalungun,Dairi, Toba Samosir, dan Kabupaten Tapanuli Utara. Yang memiliki jumlah penduduk rata-rata ± 200 ribu jiwa, dimana penduduknya bermata pencaharian sebagian besar petani dan nelayan yang berpenghasilan rendah, ke-6 kabupaten di sekitar danau toba ini banyak di tumbuhi eceng gondok. Sehingga sangat berpotensi dikembangkan sebagai tempat pengolahan eceng gondok sebagai kertas seni. Yang akan meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, dan mengatasi masalah pengangguran.
Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di
Dari kandungan selulosa yang terkandung dalam eceng gondok, yang mencapai 18.2 % dari total berat kering, memungkinkan eceng gondok sebagai bahan baku yang potensial untuk pembuatan karton kasar, yang dapat dilakukan dengan teknologi sederhana berskala kecil dan karton ini dapat dipakai sebagai kertas pembungkus yang murah. Di samping itu, dengan kandungan selulosa tersebut, tumbuhan ini dapat digunakan untuk bahan kerajinan seperti tas, alas piring, sandal, tikar dan sebagainya seperti sudah dilakukan di Tegal, Jawa Tengah.
Salah satu upaya yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di kawasan perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan
- Tujuan
Pertama, upaya tersebut merupakan alternatif yang sangat baik untuk mengontrol pertumbuhan gulma eceng gondok di kawasan perairan Danau. Apabila industri kerajinan eceng gondok tersebut berkembang, maka masyarakat pengrajin akan memanen gulma tersebut dari kawasan perairan danau sebagai sumber bahan bakunya.
Kedua, pengembangan industri kerajinan tersebut juga akan menyediakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar sehingga akan meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Ketiga, berkembangnya industri kerajinan di kawasan wisata Danau Toba akan memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat dengan penyediaan berbagai cenderamata yang berdampak positif terhadap pengembangan sektor wisata di wilayah tersebut.
- Manfaat
Di perkotaan bisnis ini banyak dilakukan oleh kaum muda, mahasiswa, dan kelompok pengrajin lainnya. Bisnis kertas seni berbahan eceng gondok dan kertas bekas ini sebenarnya suatu inovasi menggabungkan dua kepentingan. Di satu sisi produk berbahan eceng gondok ini menghasilkan kertas dengan nilai seni yang relatif lebih indah dan di sisi lain adalah upaya pengendalian gulma eceng gondok di perairan Danau Toba. Kata kunci dari bisnis ini adalah punya kemauan besar, kreatif, dan ingin maju.
Eceng gondok jika diolah dapat digunakan sebagai bahan
Dalam rangka mendukung kelestarian danau toba dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitarnya, Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sumatera telah melaksanakan kegiatan workshop pemanfaatan eceng gondok sebagaibahan
II. GAGASAN
A. PELUANG PENGEMBANGAN KARYA SENI DARI ECENG GONDOK
a.1. Eceng Gondok sebagai Bahan
Secara fisiologis, tumbuhan eceng gondok ini berkembang sangat cepat. Perkembangan dengan vegetatif sangat cepat yakni dapat melipat ganda dua kali dalam 7-10 hari. Eceng gondok pada pertumbuhan 6 bulan dapat mencapai 125 ton/ha dan dalam 1 ha diperkirakan dapat tumbuh sebanyak 500 kg/hari (Heyne, 1987). Memang hal ini terbukti, walupun tumbuhan ini sering dibersihkan dari danau, keberadaannya terus-menerus masih melimpah. Sebagai contoh, tumbuhan ini yang sangat subur tumbuh di belakang Kantor Dinas Kehutanan dan Pertanian Tobasa.
Ketersediaan bahan
a.2. Sumberdaya Manusia
Salah satu permasalahan bangsa ini yang belum tuntas adalah masalah kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan. Karena usaha ini merupakan teknologi sederhana, dengan kemauan dan semangat, siapa pun dapat melakukannya. Di Kawasan Danau Toba masih memiliki banyak tenaga usia produktif yang belum mendapatkan kesempatan kerja. Potensi tenaga usia produktif ini menjadi salah satu modal pengembangan usaha ini.
a.3. Danau Toba sebagai Daerah Tujuan Wisata
Salah satu kelengkapan Obyek Tujuan Wisata (OTW) adalah tersedianya berbagai souvenir terutama dengan nuansa etnik. Potensi wisata ini dapat dimanfaatkan sebagai sasaran pemasaran dari produk kertas seni berbahan eceng gondok. Produk etnik dimaksud adalah produk-produk kerajinan dengan memasukkan unsur budaya Batak Toba seperti bentuk tulisan batak, gambar, relief, dan lain-lain.
B. TEKNOLOGI PENGOLAHAN ECENG GONDOK SEBAGAI KERTAS SENI
Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan
b.1. Penyediaan Bahan Baku
Bahan
Gambar 1. Proses pembuatan kertas eceng gondok
b.2. Proses Pulping Eceng Gondok
Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg eceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH. Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam. Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat eceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya.
b.3. Proses Penggilingan Kertas Bekas
Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan eceng gondok. Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5% dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada pulp eceng gondok, mengingat pada proses pulping tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam. Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan. Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar. Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.
b.4. Pencetakan Lembaran
Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp kertas bekas dan pulp eceng gondok. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar. Pewarnaan dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis.
b.5. Pengeringan Kertas
Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.
b.6. Kualitas Kertas
Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas. Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan lain-lain. Kertas seni dengan campuran eceng gondok memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas. Berbeda dengan kertas tanpa campuran eceng gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.
C. STRATEGI PENGEMBANGAN KERAJINAN KERTAS SENI
c.1. Pembentukan Kelompok-Kelompok Pengrajin
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah dengan membentuk kelompok kelompok pengrajin di sekitar Danau Toba seperti Pangururan, Tomok, Parapat, simanindo, dan sebagainya. Sasaran SDM yang dibutuhkan adalah kawula muda yang dianggap lebih kreatif dan inovatif. Kelompok pengrajin yang sudah ada dilakukan pelatihan-pelatihan mulai dari pembuatan kertas seni sampai pembuatan berbagai souvenir berbahan kertas seni itu. Workshop adalah salah satu bagian dari program pelatihan dimaksud. Kontinuitas pelatihan ini perlu dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dari kelompok pengrajin terutama dalam produksi souvenir dengan unsur etnik Batak Toba.
c.2. Pemasaran dan Promosi
Dalam ilmu pemasaran, kegiatan promosi itu merupakan bagian dan tulang punggung dari tercapainya target pemasaran di samping kualitas produk, harga, dan tempat. Kegiatan promosi dapat dilakukan melalui pameran di berbagai event skala lokal/kabupaten, provinsi, dan nasional. Hal ini sangat diperlukan mengingat produk ini yang khas dan perlu dikenalkan kepada masyarakat secara terusmenerus Promosi dapat juga disampaikan melalui website Pemda Sumatera Utara. Promosi ini dapat dikombinasikan dengan kampanye penyelamatan lingkungan perairan dari gulma eceng gondok.
c.3. Nilai Kertas Seni
Semangat untuk memproduksi suatu barang sangat dipengaruhi oleh bayangan nilai jual produk itu sendiri. Sebagai contoh sederhana, untuk membuat figura foto ukuran post card, kebutuhan bahan
c.4. Dukungan Kelembagaan
Kelompok pengrajin yang sudah dibentuk merupakan prasyarat utama dari rencana bisnis ini. Unit bisnis kecil merupakan modal besar dalam pengembangan usaha ini. Dari berbagai unit kecil ini diharapkan dibentuk suatu wadah yang lebih besar semisal koperasi pengrajin. Koperasi ini nantinya berfungsi sebagai penampung segala hasil karya pengrajin, jadi koperasi dalam hal ini akan mencarikan jaringan pemasaran. Institusi lain yang bisa berperan dalam program ini antara lain Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pariwisata dan Perhubungan, DEKRANAS/DA, KADIN, LSM, dan lain-lain. Bantuan ini dapat bermacam-macam seperti mencarikan prospek pemasaran, melakukan promosi ataupun mencarikan bapak angkat bagi kelompok-kelompok pengrajin.
c.5. Sasaran Bisnis
Tidak bisa dipungkiri bahwa mulai dari anak-anak, remaja, orang tua yang masih berjiwa muda maupun siapa saja yang suka melihat sentuhan seni akan menjadi pasar potensial produk ini. Produk yang dibuat diupayakan unik, menarik, dan lucu agar masyarakat yang melihatnya tertarik. Sasaran lain sesuai dengan hasil pengamatan di
III. KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Secara teknis, pengolahan eceng gondok sebagai bahan
2. Pembelajaran masyarakat di sekitar Danau Toba dalam mengolah eceng gondok sebagai kertas seni yang berkualitas, harus dilaksanakan karena mengingat perairan danau toba sudah dicemari eceng gondok, sehingga perlu cara untuk memanfaatkan tumbuhan pengganggu/ gulma sebagai bahan yang berkualitas dan menghasilkan produk baru, sehingga menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat di sekitar Danau Toba .
3. Industri kerajinan kertas seni dari eceng gondok prospektif dikembangkan di sekitar Danau Toba sebagai souvenir etnik, dan juga untuk menjaga kebersiha danau toba sebagai tempat pariwisata, yang akan menarik wisatawan local maupun mancanegara.
4. Pengembangan usaha kecil ini dapat meningkatkan ketersediaan lapangan kerja baru. Mengurangi pengangguran dan meningkatkan tarap hidup masyarakat di sekitar danau toba
5. Dalam hal pemasaran termasuk promosi diperlukan dukungan berbaga stakeholder seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UKM, Dinas pariwisata dan Perhubungan, DEKRANAS/DA, KADIN, LSM, dan lain-lain.
IV. DAFTAR PUSTAKA
Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Joedodibroto, R. 1983. Prospek Pemanfaatan Eceng Gondok dalam Industri PulP dan Kertas. Berita Selulosa. Edisi Maret 1983. Vol. XIX No. 1. Balai Besar Selulosa.
Muladi, S. 2001. Kajian Eceng Gondok sebagai Bahan
http://www.dephut.go.id/files/Gunawan.pdf
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=62584
V. LAMPIRAN
A. Riwayat Hidup Ketua dan Anggota Kelompok
Ketua Kelompok
Nama lengkap : Benrianto Malau
Nim : 072244710050
Tempat tanggal lahir : Samosir, 2 April 1988
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Jln.Belat No.125A Medan
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenjang pendidikan :
Tabel 1 jenjang pendidikan
Nama Sekolah | Tahun |
SD Negeri no.22395, Raut Bosi | 1994 – 2000 |
SMP Negeri 2 Simanindo | 2000 – 2003 |
SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi | 2003 – 2006 |
Universitas Negeri Medan | 2007 – sekarang |
Medan, 15 Februari 2010
Ketua Pelaksana
Benrianto Malau
072244710050
Anggota Pelaksana I
Nama lengkap : Frengki Siagian
Nim : 072244710035
Tempat tanggal lahir : Gompar Sidais, 15 September 1988
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Jln.Belat No.125A Medan
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenjang pendidikan :
Tabel 2
Nama Sekolah | Tahun |
SD Negeri no.177473, Banua huta | 1995 – 2001 |
SMP Negeri 2 Sigumpar | 2001 – 2004 |
SMA Negeri 1 Silaen | 2004 – 2007 |
Universitas Negeri Medan | 2007 – sekarang |
Medan, 15 Februari 2010
Anggota Pelaksana I
Frengki Siagian
072244710035
B. Lampiran Gambar
Gambar 1. Peta Danau Toba
Gambar 2. Pertumbuhan Eceng Gondok di daerah Ajibata, Parapat, yang merupakan wilayah pariwisata di daerah Danau Toba.
Gambar 3 .Pertumbuhan Eceng Gondok yang tidak terkendali di daerah Tuk-tuk, Samosir, yang merupakan wilayah pariwisata di Danau Toba.
Gambar 4. Pertumbuhan Eceng Gondok di daerah Pangururan, yang merupakan Ibu
No comments:
Post a Comment